Cahaya Allah di Atas Hati

Cahaya Allah di Atas Hati
Jikalau hatimu gundah, Allah tempat menenangkan jiwa

Senin, 26 September 2011

PELANGI untuk Syahid


PELANGI untuk Syahid
        Udara terasa sangat dingin pagi itu, ditambah kabut yang masih terlihat tebal. Matahari masih bersembunyi di peraduannya. Namun berkas-berkas sinarnya sudah terlihat menyorotkan cahaya emas ke permukaan. Persawahan masih terlihat hijau segar, tak terlihat polusi udara di sana. Jika kau menghirup udara di pagi ini, hmm, tentu kau akan merasakan energi kesejukan yang sangat luar biasa. Bayangkan saja, fenomena ini hanya akan kita dapatkan menjelang pagi hari. Terlihat nun jauh di sana, Syahid dengan semangat tinggi berlarian menyusuri pematang sawah dengan menjinjing tas sekolah. Tak lupa ia menyapa setiap orang yang terlihat di depannya.
            “Pakdhe Mul, Syahid berangkat ya. Assalamu’alaikum !” seru Syahid dari kejauhan kepada sang Paman yang sedang mencakul sawah. Mul, Paman Syahid, menyambut keponakannya itu dengan seulas senyum dan berteriak menyambut salam dari Syahid.
            “Wa’alaikumsallam.....Hati-hati Id !”
Syahid termasuk anak terpandai di kelasnya. Peringkat pertama selalu diraihnya dengan hasil yang cukup memuaskan. Meskipun kedua orang tuanya hanya berprofesi sebagai buruh, tapi keadaan itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus belajar demi menggapai impian.
Aku lah Seorang Novelis Terkenal”
Begitulah kalimat motivasi yang selalu ia tulis di setiap sampul buku pelajaran. Ketika ia membuka buku, tulisan itu akan memberi penyemangat hidupnya untuk terus berusaha menggapai cita-cita. Setiap istirahat sekolah, ia sempatkan diri ke perpustakaan sembari meminjam beberapa novel milik penulis terkenal, diantaranya Habiburrahman El-Shirazy,  J.K Rowling, Asma Nadia dan masih banyak lagi. Ketika teman-temannya asyik membeli jajanan di kantin, ia lebih sibuk dengan setumpuk buku yang siap dibacanya. Di sekolah, ia juga sering mendapat beasiswa akademik maupun non akademik. Para Guru selalu mengacungi jempol kepadanya. Mereka bangga melihat muridnya mempunyai prestasi yang sangat gemilang. Beberapa tropi kejuaraan yang terpajang di kantor sekolah adalah milik Syahid. Ia selalu teringat kata-kata orangtuanya bahwa hidup adalah perjuangan, teruslah berjuang menggapai impian masa depan.
            Tak terasa Ujian Nasional SMP tinggal di depan mata. Semua murid kelas tiga, termasuk Syahid harus belajar keras demi mendapatkan hasil kelulusan yang maksimal. Setiap guru harus memberikan les tambahan kepada muridnya, terutama untuk bidang studi yang masuk UN. Syahid selalu memanfaatkan waktu untuk belajar sebaik-baiknya. Setiap habis sholat Subuh, ia mengulangi materi yang pernah diajarkan gurunya. Kata salah satu guru, belajar diwaktu pagi atau sehabis subuh, pikiran masih jernih dan segar sehingga otak mudah menerima sesuatu yang kita pelajari. Syahid selalu mempraktekan apa yang dikatakan oleh gurunya. Berkat usaha kerasnya untuk belajar, ia pun dinyatakan lulus SMP dengan hasil yang sangat memuaskan. Syahid meraih hasil nilai terbaik di sekolah, sehingga ia tidak susah payah untuk melanjutkan SMA favorit yang menjadi pilihannya. Orangtua, para guru dan teman-temannya bangga melihat prestasi yang diukir Syahid. Hidup yang pas-pasan tidak menghambatnya untuk terus berjuang dan berjuang menggapai cita-cita.
            Kini Syahid memasuki lingkungan baru di SMA bergengsi yang murid-muridnya anak orang berduit dan berprestasi gemilang. Bayangkan, setiap hari mereka diantar-jemput seperti seorang putra mahkota. Hmm, sedangkan Syahid harus jalan kaki meskipun terkadang pakdhe Mul juga berbaik hati meminjaminya sepeda ontel. Ia tetap bersyukur kepada Allah. Bisa bersekolah di sini saja sudah luar biasa baginya.
            Syahid ingin sekali menjadi seorang Novelis. Ia pun mengikuti ekstrakurikuler journalistik yang diadakan di sekolah. Ia dituntut untuk bisa menggembangkan bakatnya dibidang tulis-menulis. Di sini, ia temukan sahabat baru yang tak lain adalah anak dari kepala sekolahnya, Azhim nama anak itu. Meskipun ia anak seorang yang paling dihormati di sekolah, ia tidak pernah sombong. Azhim berteman kepada siapa saja, tidak pandang si anak orang kaya atau miskin. Sikapnya begitu ramah dan bijaksana seperti ayahnya. Ia mengajari Syahid banyak hal baru, seperti menulis puisi dengan gaya bahasa tingkat tinggi. Perfect. Hasilnya, sebagian karya milik Syahid ada yang dimuat di sebuah majalah sekolah. Beberapa bulan kemudian, cerpen dan puisi buatannya juga sering dimuat di beberapa surat kabar. Dari hasil jerih payahnya itu, ia mendapatkan honor yang lumayan, sehingga bisa membantu membiayai sekolahnya. Tak henti-hentinya ia panjatkan syukur yang tiada henti kepada Allah yang telah mengabulkan do’anya. Hidupnya menjadi tambah bersemangat ketika mengetahui bahwa sahabatnya, Azhim Maulana, ternyata seorang penulis novel Islami yang terkenal di kalangan remaja.
Selama ini, Azhim telah berkorban banyak dalam upaya menggapai mimpi yang ku idam-idamkan. Ia mendaftarkan ku di sebuah lembaga karya tulis terkenal. Di sana aku bertemu para penulis muda yang berbakat. Bahkan, beberapa kali aku juga bertemu langsung dengan Kang Abik dalam acara bedah buku. Setelah meluncurkan novel best seller seperti Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, sekarang beliau juga akan meluncurkan novel terbarunya yang berjudul Cinta Suci Zahrana. Wah, keren ya.Suatu saat, aku pasti juga bisa seperti dia.
            Pagi itu, Azhim memberikan kabar gembira kepada Syahid. Ia meminta Syahid untuk membuat sebuah novel yang bertemakan penyemangat hidup dan tiga bulan lagi karya tersebut akan diseleksi lalu akan diterbitkan. Syahid gembira bukan kepalang, ia memeluk Azhim dengan penuh keharuan.
            “Zhim, terimakasih banyak ya, kau telah banyak membantuku.” Syahid merangkul sahabatnya itu dengan berlinangan air mata.
            “Iya Id, sama-sama. Apa gunanya sahabat kalau tidak saling membantu.” Azhim menepuk-nepuk bahu Syahid dengan senyum mengembang.
            Saat itu juga, Syahid mulai menulis suatu cerita. Hasilnya, Berlembar-lembar cerita telah Syahid buat, mulai dari prolog, pengenalan para tokoh, klimaks sampai akhir cerita dan ditutup dengan epilog. Ia membaca berulang kali karyanya berharap agar bisa masuk seleksi. Sedangkan Azhim membantu Syahid dalam pengetikan cerita tersebut, maklum temannya itu belum mempunyai mesin ketik sendiri.
            Tidak terasa 2 hari lagi batas waktu pengumpulan novel, Syahid dan Azhim sibuk mempersiapkan syarat-syarat yang dibutuhkan guna kelancaran pengiriman. Mereka mengedit kembali karya yang akan dikirim tersebut. Setelah dirasa cukup, mereka segera menuju tempat penjilidan menggunakan sepeda motor milik Azhim. Gerimis hujan mulai turun sore itu, padahal langit begitu cerah. Tidak terlihat awan hitam di sana, tetapi hujan malah semakin deras membasahi bumi. Mereka memutuskan untuk berteduh di sebuah gardu kecil karena tidak membawa jas hujan. Matahari terlihat bersembunyi di balik awan putih, cahayanya masih begitu cerah meskipun diliputi hujan. Syahid menyembunyikan naskah novel di balik jaketnya, takut kalau karyanya itu terkena air hujan. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu ketika Azhim menanyakan judul novel yang belum sempat ia buat.
            “Id, apa judul novelmu tadi? Aku lupa membacanya.” Celetuk Azhim sambil menyibakkan rambutnya yang masih basah. Sementara itu Syahid sedikit berpikir dan ia baru menyadari kalau naskah tersebut belum diberi judul. Padahal, judul merupakan bagian terpenting untuk menarik minat pembaca. Ia berdiri dan menepuk-nepuk bahu Azhim.
            “Astaghfirullah Zhim...Aku baru ingat kalau novel ini belum ada judulnya. Bagaimana ini?” Syahid menggaruk-garuk kepala diikuti tawa Azhim. Mereka berdua langsung memikirkan judul yang paling tepat untuk cerita ini sembari menunggu hujan reda. Syahid mondar-mandir seperti orang kebingungan. Sedangkan Azhim hanya manggut-manggut mencoba mencari inspirasi. Beberapa menit kemudian, hujan semakin reda. Matahari mulai menampakkan diri kembali sambil diiringi awan-awan putih. Sementara itu, Azhim dan Syahid masih tak beranjak dari tempat mereka berteduh. Rintik-rintik hujan mulai menghilang dan hari kembali cerah. Syahid memandang langit lepas menanti keajaiban yang mungkin menghampirinya sore itu. Entah mengapa ia melihat keanehan di langit, seperti perpaduan berbagai warna yang membentang dari timur ke barat. Warna-warna indah yang menghias langit itu nampak jelas lagi ketika gerimis benar-benar pergi. Syahid keluar dari gardu dan mengamatinya dengan seksama. Sungguh menakjubkan kejadian alam itu, bak sebuah jembatan surga yang membentang melintasi bumi. Warna-warna yang menawan menambah cantiknya langit sore itu.
            “Itu pelangi Id !! Wah, keren ya. Jarang-jarang aku liat pelangi sebagus ini.” Seru Azhim yang ternyata sudah ada di depan Syahid dari tadi. Ia ikut menikmati keindahan suasana bersama Syahid yang pandangannya tidak lepas dari keelokan langit. Tiba-tiba Syahid tersenyum dan berjingrak-jingrak, sedangkan  Azhim memandang temannya itu dengan penuh keanehan.
            “Woi Id, kenapa kamu? Seperti kesambet setan saja.Huft.” lontar Azhim sambil bersedekap memandangi Syahid yang mukanya begitu ceria. Sampai-sampai Syahid tak melihat batu di depannya, lalu ia pun terjatuh. Azhim yang melihat kejadian itu tertawa keras. Sedangkan Syahid hanya merintih kesakitan. Ia lalu berdiri dan tersenyum.
            “Zhim, aku sudah menemukan judul yang tepat untuk novel ini. Liat tuh di atas !” Syahid menunjukkan pelangi yang menakjubkan. Azhim juga ikut senang ketika Syahid berkata ia telah menemukan judul yang tepat. Syahid menyuruh Azhim menuliskan judul novelnya tersebut, mengingat temannya itu mempunyai jiwa seni. Alias bisa menulis berbagai macam huruf seperti yang ada di komputer.
Sang  Pelangi  Kehidupan
          Akhirnya mereka bergegas menuju tempat tujuan untuk menjilid novel tersebut lalu mengirimnya ke sebuah penerbit buku yang menyelenggarakan perlombaan itu. Syahid berharap dirinya menjadi pemenang seperti isi novel yang dibuatnya. Sebuah perjuangan hidup seorang anak yang karena kegigihannya mampu menciptakan sesuatu yang luar biasa untuk kepentingan masyarakat. Seperti Sang pelangi yang memberikan ketakjuban tersendiri setelah turunnya hujan di hari yang penuh keberkahan.

-Kejarlah Mimpi_2 mu-

Senin, 14 Februari 2011

Don't afraid with your dreams

jangan takut akan mimpimu,,,,
teruslah berjuang.......
kelak kan kau temukan arti hidup yang sebenarnya
smgtzzz,,,,,jangan menyerah,,,
"penulis" amiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnn

Jumat, 11 Februari 2011

FOOTBALL FOR ALL--AR2

              Bola tak lagi milik kaum adam , namun kini perempuan pun boleh mengikuti atau menjadi suporter bola. Apalagi permainan yang satu ini sangat terkenal di penjuru dunia. Tak heran jika anak-anak pun sangat menyukai olah raga yang satu ini. Asyik, menarik, tidak membosankan.
              ISL, LPI merupakan wadah persepakbolaan di Indonesia. Ditambah lagi Liga-liga sepak bola di dunia. Seperti liga Inggris, Italia, Spanyol dan masih banyak lagi. Mari kita majukan persepakbolaan Indonesia dengan mulai mencintai olah raga yang satu ini. 

                                       
                                                     --GO AREMA !!!--GO ARSENAL !!!--

Jumat, 14 Januari 2011

Subhanallah......

Kau kan selalu ku genggam dalam jiwa
, takkan ku lepas,,,
Sungguh Tinggi dan Perkasanya Diri Mu ya Allah,,,,
ALLAHU AKBAR.........!!!!!!!!!!

ya Robbi ya Allah

Sungguh ku merasa jauh dari cahaya Mu
Menapaki deduri di setiap langkah ini,
Selalu ku harap cahya gemilang dari Mu
Takkan pernah lekang oleh sang waktu
Merasuki aliran nadi yang setiap detik berdenyut

Jangan jauh dari ku Allah
Dekatilah diri ini agar tetap beriman di jalan lurus Mu
Letakkan jiwa lelah ini dalam ayunanMu
Merasa aman ku di dekatMu selalu ya Robbi......
[bul2]

Ketika Dosen kita Bersahaja

Tersirat jelas di wajah tenang mu,
Menebarkan senyum kesanjungan
Mengalun setiap langkahmu
Memberi kesejukan dalam jiwa

Bijaksana, lemah lmbut, bersahaja
smua ada dlm dirimu
Mungkinkah kan ku temui sang guru seperti dirimu...
Yang selalu pancarkan cahaya iman

Kini harus brpisah dg beliau,,,,
masih selalu teringat dlm benakku,,
bagaimana kau mberikan ilmu pd kami
thank so much my lecturer,,,'[beliau bpk ali ]